-->

Pengertian Return Saham Menurut Para Ahli

Advertisement
Pengertian Return Saham
Return Saham
Salah satu tujuan investor berinvestasi adalah untuk mendapatkan return. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak akan melakukan investasi. 

Jadi semua investasi mempunyai tujuan utama mendapatkan return (Ang, 1997: 202)
a. Pengertian Return Saham
  1. Menurut Jogiyanto (2009: 199), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.
  2. Menurut Samsul (2006: 291), return adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss.
  3. Menurut Brigham dan Houston (2006: 215), return atau tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan  bahwa return saham merupakan tingkat pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari hasil jual beli saham. 

b. Jenis-jenis Return Saham
Menurut Jogiyanto (2009: 199), return saham dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Return realisasian
Return realisasian merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis.

2) Return ekspektasian
Return ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang.

c. Komponen Return Saham
1) Menurut Tandelilin (2001: 48), return saham terdiri dari dua komponen, yaitu:

a. Capital gain (loss)
Capital gain (loss) yaitu kenaikan (penurunan) harga suatu saham yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.

b. Yield
Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi saham.

d. Rumus Menghitung Return Saham
Karena pada laporan keuangan telah diketahui harga penutupan pada perusahaan setiap tahunnya dan karena tidak semua perusahaan membagikan dividen secara periodik sehingga pada penelitian ini penulis menggunakan rumus return saham yang di ambil dari Brigham dan Houston (2006: 410) untuk memudahkan peneliti dalam menghitung return saham tersebut.

Pada penelitian sebelumnya juga banyak peneliti yang menggunakan rumus tersebut.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return Saham
Menurut Samsul (2006: 200), faktor-faktor yang mempengaruhi return saham terdiri atas faktor makro dan faktor mikro.
  • Faktor makro yaitu faktor yang berada di luar perusahaan, yaitu:
  1. Faktor makro ekonomi yang meliputi tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, kurs valuta asing dan kondisi ekonomi internasional.
  2. Faktor non ekonomi yang meliputi peristiwa politik dalam negeri, peristiwa politik di luar negeri, peperangan, demonstrasi massa dan kasus lingkungan hidup.
  • Faktor mikro yaitu faktor yang berada di dalam perusahaan itu sendiri, yaitu:
  1. Laba bersih per saham
  2. Nilai buku per saham
  3. Rasio utang terhadap ekuitas
  4. Dan rasio keuangan lainnya.
Menurut Tandelilin (2001: 240), dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan, salah satunya adalah Return On Asset (ROA). Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana aktiva yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba yang nantinya akan mempengaruhi peningkatan harga saham dan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diinginkan investor.

Menurut Brigham dan Houston (2006: 158), investor sebaiknya memerhatikan perputaran persediaan dengan seksama, karena jika tidak diamati dengan seksama maka perputaran persediaan yang rendah akan menyebabkan kehilangan penjualan dan menyebabkan meningkatnya biaya penyimpanan yang berlebihan sehingga menimbulkan kerugian atas investasi yang telah ditanamkan.

Return On Asset (ROA)
a. Pengertian Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang penting digunakan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan aktiva yang dimiliki perusahaan bisamenghasilkan laba (Tandelilin, 2001: 240). Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Husnan, 1998: 340). Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih terhadap total aktiva. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik.

Investor percaya bahwa manajemen perusahaan telah menggunakan aktiva perusahaan secara efektif untuk menghasilkan laba bagi para pemiliknya. Keadaan ini akan direspon positif oleh investor sehingga permintaan saham perusahaan meningkat dan dapat menaikkan harga saham sehingga akan berdampak pada return yang meningkat pula. (Husnan, 1998: 340)

Return On Asset (ROA) merupakan perkalian antara faktor margin laba dengan perputaran total aktiva. Margin laba menunjukkan kemampuan memperoleh laba bersih dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran total aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari total aktiva yang dimilikinya (Brigham dan Houston, 2006: 114). Apabila salah satu faktor tersebut meningkat (atau keduanya), maka ROA juga akan meningkat.

Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan juga meningkat, sehingga dampaknya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.

b. Rumus Mengitung Return On Asset (ROA)
Pada penelitian ini penulis menggunakan rumus ROA dari Brigham dan Houston (2006: 115) karena pada laporan keuangan telah diketahui laba bersih dengan total aktiva yang dimiliki oleh setiap perusahaan pada setiap tahunnya, sehingga memudahkan peneliti untuk menghitung ROA. Pada penelitian sebelumnya juga banyak peneliti yang menggunakan rumus tersebut.

Debt To Equity Ratio (DER)
a. Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)
Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan. Utang merupakan komponen penting perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Penurunan kinerja sering terjadi karena perusahaan memiliki utang yang cukup besar dan kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut.

Debt to equity ratio adalah rasio yang mengukur sejauhmana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri.

(Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 200). Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total utang terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi debt to equity ratio menunjukkan komposisi total utang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) (Ang, 1997: 38). Debt to equity ratio mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan untuk dijadikan jaminan semua utang. Menurut Brigham (2006: 103) perusahaan dengan debt to equity yang rendah akan memiliki risiko kerugian yang kecil ketika keadaan ekonomi mengalami kemerosotan, namun ketika kondisi ekonomi membaik, kesempatan dalam memperoleh laba juga rendah. Sebaliknya perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memang menanggung risiko kerugian yang besar pula ketika perekonomian sedang merosot, tetapi dalam keadaan baik, perusahaan ini memiliki kesempatan memperoleh laba besar. 

Perusahaan dengan laba yang lebih tinggi akan mampu membayar dividen yang lebih tinggi, sehingga berkaitan dengan laba perlembar saham yang akan naik karena tingkat utang yang lebih tinggi, maka leverage akan dapat menaikkan harga saham (Brigham dan Houston, 2006: 24). Menurut Wild (2005: 213), dua motivasi menmperoleh pendanaan usaha melalui utang adalah karena bunga sebagian besar utang jumlahnya tetap dan, jika bunga lebih kecil dari pengembalian yang diperoleh dari pendanaan utang, selisih lebih atas pengembalian akan menjadi keuntungan bagi investor ekuitas. Yang kedua, bunga merupakan beban yang dapat mengurangi pajak sedangkan dividen tidak. Beban bunga yang ditimbulkan dari utang dapat mengurangi pajak yang dapat digunakan untuk meningkatkan arus kas bagi perusahaan yang berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan meningkat maka hal ini dapat menarik perhatian investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut, sehingga hal ini berakibat pada naiknya harga saham dan kemudian berdampak pada meningkatnya return saham (Wild, 2005: 213).

Menurut teori pertukaran struktur modal yang dikembangkan oleh Modigliani dan Miller menunjukkan bahwa utang adalah suatu hal yang bermanfaat karena bunga merupakan pengurang pajak, tetapi utang juga membawa serta biaya-biaya yang dikaitkan dengan kemungkinan atau kenyataan kebangkrutan.

Menurut teori MM, struktur modal yang optimal adalah keseimbangan antara manfaat pajak dari utang dan biaya-biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan. Saat mencapai struktur modal yang optimal, penggunaan utang akan meningkatkan nilai saham.

b. Rumus Menghitung Debt to Equity Ratio
Pada penelitian ini penulis menggunakan rumus DER dari Kasmir (2008: 158) karena pada laporan keuangan telah diketahui total utang dengan ekuitas yang dimiliki oleh setiap perusahaan pada setiap tahunnya, sehingga memudahkan peneliti untuk menghitung DER. Pada penelitian sebelumnya juga banyak peneliti yang menggunakan rumus tersebut.

Earning Per Share (EPS)
a. Pengertian Earning Per Share (EPS)
Tandelilin (2001:241) mendefinisikan Earning Per Share (EPS) sebagai perbandingan antara jumlah laba (dalam hal ini laba bersih yang siap dibagikan bagi pemegang saham) dengan jumlah saham yang beredar.

Darmaji dan Fakhruddin (2006: 195) mendefinisikan Laba Per Saham sebagai rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. Earning Per Share menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. Hal ini akan menarik perhatian investor  sehingga banyak investor membeli saham perusahaan tersebut yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya harga saham dan return saham yang akan meningkat pula.

b. Faktor-faktor Penyebab Kenaikan dan Penurunan Earnings Per Share (EPS)
Menurut Brigham dan Houston (1993: 23), faktor-faktor penyebab kenaikan dan penurunan Earnings Per Share (EPS) adalah:

1) Faktor- faktor penyebab kenaikan Earning Per Share (EPS):
  • Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
  • Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
  • Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
  • Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
  • Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase penurunan lababersih.
Jadi bagi suatu perusahaan, nilai laba per saham akan meningkat apabila persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar, begitu pula sebaliknya.

c. Rumus Menghitung Earning Per Share (EPS)
Pada penelitian ini penulis menggunakan rumus EPS dari Brigham dan Houston (2006: 19) karena pada laporan keuangan telah diketahui laba bersih dengan jumlah saham beredar yang dimiliki oleh setiap perusahaan pada setiap tahunnya, sehingga memudahkan peneliti untuk menghitung EPS. Pada penelitian sebelumnya juga banyak peneliti yang menggunakan rumus tersebut.

Inventory Turnover (ITO)
a. Pengertian Inventory Turnover (ITO)
Menurut Brigham dan Houston (2006: 97), rasio perputaran persediaan adalah rasio manajemen aktiva yang dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan. Sedangkan menurut Kasmir (2008: 180), inventory turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode. Rasio perputaran persediaan ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan mengatur persediaannya yaitu dengan menunjukkan berapa kali perputaran persediaan selama satu tahun (Ang, 1997:18). Perputaranpersediaan yang rendah menunjukkan perusahaan terlalu banyak menyimpan persediaan. Terlalu banyak menyimpan persediaan adalah suatu hal yang tidak produktif dan mencerminkan suatu investasi dengan pengembalian yang rendah atau nihil (Brigham dan Houston, 2006: 97). Jika persediaan yang disimpan terlalu banyak, hal ini akan menyebabkan biaya perawatan dan kerusakan secara fisik menjadi tinggi sehingga mengurangi keuntungan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan perputaran persediaan yang tinggi maka hal ini adalah indikasi yang baik karena semakin cepat perputaran persediaan mengindikasikan penjualan yang lancar sehingga meningkatkan keuntungan. Peningkatan keuntungan ini akan direspon positif oleh investor sehingga harga saham naik dan return saham menjadi meningkat.

b. Rumus Menghitung Inventory Turnover (ITO) 
Pada penelitian ini penulis menggunakan rumus ITO dari Brigham dan Houston (2006: 97) karena pada laporan keuangan telah diketahui penjualan dengan persediaan yang dimiliki oleh setiap perusahaan pada setiap tahunnya, sehingga memudahkan peneliti untuk menghitung ITO. Pada penelitian sebelumnya juga banyak peneliti yang menggunakan rumus tersebut.

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
© Copyright Pengertian Dari - All Rights Reserved - Template Created by goomsite - Proudly powered by Blogger